31 oktober ku

Hai, untuk kau pemilik Oktober
Di bulan ke 10 yang kau tandai dengan pena
Dan menolak ada yang melupakannya
Si pemilik oktober yang begitu adanya

Hai,  dari aku si pemilik Mei
Selalu sendiri dan terlupakan
Dimana menjauhkan diri dari semua tingkahmu
Berharap kau tak menemuiku di pojok ruang tersembunyi

Si Oktober yang selalu menemukan Mei
Memaksa Mei keluar dan terlalu banyak berceloteh tak penting
Menyodorkan berbagai makanan manis seperti senyummu
Menahan Mei tuk duduk dan menahannya di keramaian

Si Mei yang selalu berserah,  pasrah
Menahan tuk tidak menangis
Memaksakan diri tuk menyukai makanan yang sama sekali tak ingin di sentuhnya
Dimana kepanikan yang hebat selalu menyelimutinya

Oktober dan Mei yang bersebrangan
Tak pernah bisa menyatu
Mereka berbeda
Tapi mereka saling membutuhkan

Februari yang di benci Oktober dan Mei
Berhasil melenyapkan perbedaan
Berhasil menciptakan kehampaan
Tak ada lagi penanda di kalender, februari yang tak ingin kami ingat

Mei yang semakin sendiri
Menatap Oktober yang tak lagi sama
Mata yang bernanah tiap kali mengingat
Mengepal tangan tuk tahan beban

Mei yang terus merindu
Menanti Oktober tuk kembali menemukannya
Menunggu di tempat yang sama,  enggan tuk berpindah
Mendoakan hal yang sama di setiap sujudnya

Mei yang selalu menuliskan puisi
Mengharapkan tiap baitnya tuk dapat terwujud
Menikmati  dirinya yang tercandu menyebut Oktober
Menghiraukan tubuhnya yang melemah karena terpaan angin disetiap kunjungan, rumah Oktober

Oktober, apakabar?
Sapaan Mei dari tempat yang rendah
Menutup puisinya dengan angan yang sama
Bertemu Oktober tuk sekedar menahannya duduk dan membacakan puisi ratusan bait tuknya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teruntuk dua puluh satu

Cerpen : Ada luka di balik kata PAHAM

Kutipan Harapan Sederhana Pagi