Rumah knis
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Diantara gaduh siang itu
Seorang wanita penuh nanah hampiri
Seorang wanita penuh nanah hampiri
Sajikan telapak terbuka
dan sapaan penuh kebutaan
Tersenyum seolahkan mampu tutupi
besaran kotoran dihidupnya
Lelaki beraroma kebahagiaan mulai melirik
Namun tak balas tangan kotor
yang bergantung di hadapannya
Hanya ucapkan
satu kata yang akan terpati
dalam ingatan
di tengah debu
isi pikiran
sang wanita
Waktu yang berjalan mendayu
Hantarkan pada kumpulan bunga
bermekaran di seluruh bagian
Tenggelamkan sepasang manusia
yang abaikan semesta
Berpegang buah takdir yang dipetik pada sepertiga malam
Satu persatu sungai anggur telah dicicipi
Aliran yang menambah nikmat
Mabuk hingga hilang akal
Harap-harap tumbuh indah bak bunga teratai di atasnya
Jutaan badai telah berlangsung
cukup lama dan menyakiti dua makhluk Tuhan
sakit yang menimbulkan demam dan gelisah
Mencari dokter terhebat tak hasilkan jawaban
Melemahkan pendirian
Pendekar yang telah berjuang dengan kudanya
memilih pergi dengan kaki pincangnya
Wanita berbalut nanah kini bertambah luka
Nanar duka di berbagai wajah sekitar
juga bisikan hardik terselip
Tak ada borgol atau tali
tak ada yang hendak mendekati
wanita kotor dan menjijikan bergerak maju
ikuti jalan berdamping ludah
Tibalah hari pengadilan
Sang kuasa sampaikan putusan sebagai pengganti Tuhan
Wanita berluka nanah dan berlendir ludah
adalah tersangka utama
Hilangnya tawa dari wajah seorang lelaki
Melewati tengah malam
Tuhan merendahkan diri tuk hampiri
bertanya pada wanita kotor dan hina
tentang apa yang diinginkannya
mengapa tak ada pinta
tak ada impian yang sebelumnya tergantung
pada tiap langit-langit kamar
Wanita bergeming
Balas senyum dan lalu tertidur
Seribu hari pengadilan
Sang Lelaki datangi kota
Wajah sumringah membawa bunga baru
Semua bersorak bahagia
semua yang ikut bahagia bersorak
Lelaki berkata telah ampuni sang Wanita
Pengadilan berkata, Tuhan tak izinkan
sebab wanita tak kunjung jelaskan
hanya senyum yang entah apa artinya
lalu kembali terpejam
dengan sisa senyum yang masih terpajang
terbangun
tersenyum
tak henti
Lelaki yang kini tengah kembali menanam bunga barunya
Melihat bangunan berdinding batu dari kejauhan
Tak minat tuk bertanya namun hanya tetap memandang
Di balik jeruji dingin, apakah itu terlalu nyaman?
Lelaki yang telah bisa berlari
Mengeliling ladang yang subur dengan begitu indah
Semakin bertumbuh dan bergelimang rahmat
Lupa akan tubuh di balik susunan batu di sebrang
Pada akhirnya tak ada yang bisa pahami
Tulisan Tuhan entah pada di lembar mana
Apakah hilang terbawa angin?
Atau memang tak pernah ditulis-NYA
hanya menjadi hayal sang wanita diwaktu sebelum fajar
Baca puisi lainnya :
cerita di penghujung waktu
Kehilangan
kenangan masa lalu
kepergian
kesedihan
lelaki bercerita
perayaan duka
puisi lelaki
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar