Rumah knis

Lelaki di dalam belenggu




Masuki ruang ini kembali?
Hanya dalam mimpi, 
sekedar mimpi 
bukan berarti di dunia nyata
Atau bahkan memang tidak terbangun
Memilih tidak terbangun

Apa yang kau cari?
Kekosongan ini membuatku tidak penuh
Seperti telah menuang kopi pada cangkir
Tak henti, namun tak kunjung terisi
Benarkah kopi yang kau tuang?

Cerutu pengganti dupa
Biarkannya terbakar perlahan,
sangat perlahan
Kan ku tunggu hingga habis terbakar
Benarkah sekedar menunggu?

Tak pantas ajarkan rindu pada seorang lelaki
Lelaki tumbuh karena rasa sakit
Rindu hanyalah belenggu
bagi lelaki lemah
yang merajut ulang ingatan lama
lelaki hanya perlu tamparan
tendangan
makian
Agar Ia hidup

Lantas, sedang apa kau di sini?
Lelaki tak perlu menjawab
Menjelaskan membuat dirinya bodoh
Bodoh bukanlah aku
Aku adalah lelaki yang tak berputus asa
hingga mengharuskan bicara

Aku akan bersandar saja
Tak apa jika sedikit mengenang
Menapaki jejak lama
pada tiap tapak yang sama
hanya akan membuatku terperangkap
Tak ada perangkap,
kita adalah bagian dari takdir
yang tak kunjung mekar

Setenggak ramuan
Meluncur tak tersisa
Mengepung pada tiap bagian
Membakar habis rasa manis yang pernah ku nikmati
Di mana rancuan brengsekmu?

Aku tak pernah mengundang
Tapi aku datang
Serpihan ini akibatku
Hatiku remukkan hatiku
Juga memar pada kepalan tangan,
hingga menghitamnya kantung nafas,

Mudahnya, bebankan saja padaku
Tidak, aku yang memilih
lelaki hanya perlu berani
Tidak apa,
aku senang jika menjadi papan busurmu
buatlah banyak tanda
lalu aku kan memelukmu
ucapkan
Terima kasih









Baca puisi lainnya 

Komentar