Temui aku di senja berikutnya tanpa mendung

Berbalik bukan untuk menghirup udara yang sama
Sesak tak berikan ruang
Berat tak berikan pundak
Dan rintihan tak berikan jawaban
Bila mana datang, kau pergi
Akan melesatlah sudah panahan pada sebuah bidik
Bila mana datang, kau datang
Berhentilah kaki pada tapakkan terakhir posisiku saat ini
Bungkam namun berteriak
Hening namun bergema
Dan diam namun merontak
Nanah bening jatuh tak terangkul sabar
Aku tahu, diposisi apa saat ini
Tahu jelas, mawar putih tlah ada di ujung jalan
pabila tlah dipagar meskipun tak berpenghuni
Biarkan dia hidup, dan biarkan ada sesuatu yang mati disini
Jadi duduklah
Lalu mari kita minum beberapa teguk teh
Bicarakanlah tanpa membuka mulutmu
Biarkan egois ini menguasai karena kerapuhan butuh kan ini
Aku. Kamu. Dan setangkai mawar disana
Aku, kamu dan sebuah jalan yang tak lagi berbelok
Aku yang memilih mundur
Dan kau yang memilih maju
Lalu akhirnya ini lah jalan kita.
Sejalan namun tak satu arah
Karena dasarnya pertemua ini hanya simpangan jalan yang tak lagi kau gunakan
Ucapkanlah, baik2 saja, lalu sampai jumpa
Temui aku di senja berikutnya tanpa mendung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teruntuk dua puluh satu

Cerpen : Ada luka di balik kata PAHAM

Kutipan Harapan Sederhana Pagi