Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Pergunjingan pekan ini

Kadang lupa arti pemersatu Padahal banyak kumpulan mengatasnamakan cinta dan damai Entah cinta pada siapa Dan damai seperti apa yang mereka harapkan Mereka pembuat cacian Terbungkus rapih dengan kehormatan  Menyaru dengan penyair puisi Bertutur bijak melebihi ayat tuhan Lihat saja,  seberapa lama mereka bertahan?  Mereka yang berkata menjalani dengan ikhlas Akan memaki dengan keras Tentu prihal tak diberikan balon dengan bentuk yang Ia inginkan Atau mungkin sebatang permen yang di dapat tak manis rasanya Begitulah adanya Prihal bangku kuasa yang tengah dipergunjingkan Kepada mereka para rentetan penentang Kau terlahir sebagai pendengar bukan sebagai pembicara Lelah kau dapat,  harapan nikmat tak teraih

Catatan kemarin, hari ini dan esok yang tak terbatas

Mulai kemarin dan beberapa hari sebelumnya Aku lupa tepatnya Yang ku ingat hanya menjadi penyair di atas kasur lantai tak berbungkus Seakan menjadi hobi baru membuka galeri dan biarkannya hingga kedipan merah terlihat  Sebelumnya datang untuk mengusik Hingga akhirnya resmi menjadi pengusik Dan Hening terasa mulai asik Wajah memerah seperti hasil ibu mengerik Ku pastikan satu saja Aku benci hari esok dan begitupula selanjutnya  Bahkan si tua pemetuah tak lagi berkata Aku terlalu benci dan tak dapat menghentikan rasa Rasa yang menutup asa Rasa yang merutuki cita

Lentera dan sang bocah kesepian

  Ini lentera Abadi sinarnya,  rasanya Hanya nyatanya, tak sedemikian Bukan angin yang matikan Bukan pula tangisan langit Hanya lentera kini semakin tertutup rapat Udara untuk sang keabadian menipis dan tak tersisa Singkatnya demikian Sang bocah kesepian tak lagi dapatkan tawanya Untuk lentera, bersiap dikubur Dan terkubur Rambu kuning tlah menanti di depan Namun sang bocah tak kunjung berhenti memeluk Meski remuk Tak apa Asal ada yang dapat di sentuhnya,  asal tidak benar-benar lenyap