Teruntuk dua puluh satu

 


Dua puluh satu
Mari kita habiskan hari untuk berseru
Suara siapakah kali ini yang paling merdu?
Hingga belas kasih Tuhan biarkan kita untuk miliki waktu

Dari sekian banyak alasan
Aku pastikan, pertemuan kita bukanlah "kebetulan"
Seperti kata mereka yang mengatakan - untung
Padahal jatuh bangun kita bagai cerita anak sulung

Kamu perlu ingat jika kamu itu satu
Begitu pula dengan aku
Tak ada kata "kamu" yang lain untuk hari ini ataupun lain waktu
Sebab mendapatkanmu ada banyak sabar yang ku sajenkan, hanya agar buatmu luluh

Kamu tahu benar, bagaimana aku memandang kepercayaan
Terlebih kepercayaanmu yang kian hari kian meninggi
Ku anggungkannya, ku sentuh lembuh dan ku terangi dengan pencahayaan
Meski sebutir saja yang kau beri sunggu tak apa, sebab ku punya segudang rasa gigih

Bait ke lima ini tetap untukmu
Tak ada habisnya ku gambarkan sempurnamu
Tutur kata cinta, perlakuan mendewikanku dan semua emosionalmu yang kamu persilahkan untuk hadir dicerita kita
Hingga amarah, sedih, takut menjadi bayangan dibalik ceria

Sajak kali ini tak akan kau temui akhir
Sebab sejak awal sujud kami berisikan kalimat penguat
Meski kamipun tak juga tahu apa yang sedang dijalani
Benarkah jalan ini tak ada ujung atau kami yang hanya berputar dan mempermainkan waktu








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen : Ada luka di balik kata PAHAM

Kutipan Harapan Sederhana Pagi