Menutupi segala yang berada di dalam kungkungannya
Bekas tapak yang mulai terisi genangan
Sisanya hilang tersisir
Barangkali di antara bercak tanah itu ada kehidupan yang tampak
Meski banyak yang hampir tersentuh
Namun tak mengurangi kesucian putihnya
Dan begitupun cerahnya yang memanggil tuk sapa sembarang
Segerombolan itu tetap bertahan
Padahal, tak ada yang memasukkannya dalam vas berukir naga, atau awan, atau entah apapun itu
Berdiri anggun di ruang bertemakan kekayaan
Ia, di antara lainnya hanya menumpang hidup di tanah Tuhan
Penggoda Tuhan untuk beri hujan
Penggoda Tuhan untuk beri matahari
Tapi siapa yang akan menyangka bahwa Ia adalah sang penggoda?,
Bahkan Tuhanpun ragu akan itu
Benar adanya atas kecantikkannya
Terlebih saat tengah menari atas ajakan angin
Saling bersentuh, berayun kanan-kiri
Berdansa dengan banyak penghuni alam yang lain,
memikul iri langit yang begitu jauh
Percayalah, kamu begitu mengagumkannya
Cela yang mungkin ada, hanya dapat kusenyumi
Tak apa jika ada kelopakmu yang tak lengkap
Aku tetap melihatmu indah
Percayalah, kamu begitu bermakna
Kecil tubuhmu tak hapuskan kuatnya akarmu
Sulit dapat mengetahuinya
Bagi mereka yang hanya datangimu tuk sekedar bersenda gurau
Tak menyentuhmu sedalamku
Tak mengingatmu selama bulan purnama yang berulang tumbuh dan mati
Tak melihat basahnya kelopak
Tak menghapuskan basahnya kelopak
Dan tak bisikanmu, "tak apa, masih ada aku"
Kamu selalu menatap agung pada Beringin
Besar dan rimbun, miliki langit seorang diri
Katamu, kamu hanya bunga di tepi jalan yang bisa terinjak kapan saja
Mati lalu binasa
Mati dan tidak tersisa
Katamu, andai saja bisa menjadi Beringin
Meneduhkan, dan bisa dijadikan sandaran
Katamu, kamu hanya bunga di tepi jalan yang bisa terinjak kapan saja
Mati lalu binasa
Mati dan tidak tersisa
Bunga di tepi jalan yang membenci diri
Segala takut yang hadir adalah mustahil
Sebab lebam di sekujur tubuh ini telah menjelaskan
Tak apa, masih ada aku
Tak apa, masih ada aku
Tak apa, masih ada aku
Komentar